Copyright © Mindsphere
Design by Dzignine
19 December 2012

Labil di 25 Desember


“Temen sekamar gua ini baik banget, ga enak kalo ga ucap selamat natal. Waktu kita idul fitri aja mereka ucap selamat lebaran, masa kita ngga. Toleransi dikitlaah.” –Mahasiswa TPB, angkatan 49-
“Gua udah temenan dari lahir sama dia, masak ga ngucapin. Kan yang penting niatnya, kalo dalem hati ngingkarin kan gapapa. Seloow.” –Mahasiswa kece, angkatan 47-
“Ini dosen pembimbing gua! Kalo ga ucap selamat natal, bisa terancam dah tugas akhir gua.” –Mahasiswa Tingkat Akhir, angkatan 45-
Kira-kira begitulah alasan yang akan mahasiswa berikan ketika diingatkan mengenai hukum ucap selamat natal. Teman-teman BKIM mungkin sudah sangat bawel mengingatkan tentang ini. Karena memang hukumnya sudah jelas : haram!
Kenapa sih, ucap selamat natal aja haram? Bikin permusuhan kan malah lebih dilarang dalam islam. Kalo kita ga ucap, terus temen kita/dosen kita malah marah dan memusuhi kita gimana? Kan nanti kita juga yang susah. Gini bro, sist. Tanggal 25 Desember telah dianggap oleh umat nasrani sebagai perayaan hari kelahiran Yesus, yang mereka yakini sebagai Tuhan mereka. Kita sebagai muslim tidak meyakini itu, Yesus adalah Nabi, bukan Tuhan. Maka masalah ini termasuk ke dalam masalah aqidah.
Perayaan natal adalah bagian dari aqidah (keyakinan dasar) umat nasrani. Yakni merayakan hari kelahiran Yesus, Tuhan mereka. Dan dalam Islam, tidak ada toleransi dalam aqidah. Makanya mengucap “selamat natal” itu dilarang karena sama saja dengan kita mengakui bahwa natal adalah hari lahir Tuhan Yesus. Meskipun niat kita untuk menyenangkan teman kita, atau dalam hati kita mengingkari itu. Karena apabila kita mengucapkannya, maka sama saja hukumnya.
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih (TQS al-Maaidah [5] : 73)
                Ko umat Islam ga toleransi amat sih. Waduh, justru umat Islam terlalu toleran, mas, mba. Yang pasti, di Indonesia lebih baik toleransinya ketimbang Swiss yang tidak membolehkan pendirian menara masjid. Lebih baik dari Prancis, Denmark, Swedia dan Norwegia yang melarang niqab atau burdah. Bentuk toleransi umat Islam kepada umat nasrani adalah dengan membiarkan apa yang mereka yakini tanpa kita ganggu apalagi kita halang-halangi.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (TQS al-Kaafiruun [109] : 6)
Toleransi bukannya ikut-ikutan merayakan dan kebablasan. Apalagi sampai meyakini kalau yang mereka lakukan ini benar. Sebagai muslim harusnya kita menyampaikan bahwa perayaan semacam ini adalah salah. Apalagi jika kita menelaah fakta bahwa sesungguhnya perayaan natal adalah budaya dari kaum paganis. Dan toleransi bukan berarti dengan cara mengorbankan aqidah kita.
Tapi tetep aja, ga enak kalo ga ucap natal. Memang akan susah kalau yang kita fikirkan hanyalah kekhawatiran yang belum tentu terjadi.  Emangnya yakin banget kalo mereka bakalan tersinggung atau sakit hati kalo kita ga ucap? Pilih perasaan ga enak atau pilih ketentuan syar’i?
Sampaikanlah dengan baik dan tegas apa yang kamu maksud. Ini urusan aqidah, mesti tegas. Saya yakin mereka umat nasrani pasti akan memahami jika kita menyampaikannya dengan baik. Ucapkan saja dengan halus : “Toleransi Islam terhadap perayaan natal adalah membiarkan kamu natalan. Tapi saya gabisa ucapkan natal, karena beda yang diyakini. Posisi Yesus (Isa) dalam Islam sangat terhormat, disebutkan dalam beberapa ayat sangat dimuliakan. Tapi dia Nabi, bukan Tuhan. ”
Saya yakin mereka ga akan memukul kamu setelah kamu bilang begitu. Umat nasrani pasti bias mehamami dan maklum ko. Ketakutan kamu kalo ga ucap natal itu adalah unreasonable fear. Kamu takut merusak hubungan dengan manusia (yang belum tentu rusak), tapi ga takut merusak aqidah kita (hubungan dengan Allah)?
Terkadang kita aja yang lebay, takut umat nasrani menganggap kalo kita intoleran. Tapi nyatanya mereka fine fine aja tuh. Awalnya aja susah ucapkan yang benar. Tapi setelah dikatakan, hati jadi plong dan tenang. Coba deh J
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. (TQS al-Maaidah [5] : 44)
Read More..