"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki
dan perempuan dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah
orang yang paling bertakwa di sisi Allah" (Q.S Al-Hujurat [49]: 13)
Berbagai
macam perbedaan baik suku, bangsa, jenis kelamin, warna kulit, bahasa,
adat-istiadat, budaya, serta agama merupakan hal yang fitrah dan sunnatullah
yang sudah menjadi ketetapan Allah SWT. Tujuannya tak lain agar kita dapat
saling mengenal satu sama lain. Bayangkan saja, jika seluruh manusia di dunia
ini satu suku atau bangsa, tentu akan sulit membedakannya, dan sulit bagi kita
untuk saling mengenal. Tidak akan kita temui pertanyaan "Kamu berasal dari
suku mana?" atau pernyataan "Saya dari suku padang", "Saya
sunda", "Saya jawa", dll. Tak akan pula kita temui omda-omda di
kampus tercinta ini. Dan itu akan menyulitkan ketika kita berkenalan dengan seseorang,
sebut saja Rudi misalnya, tapi kita tidak mengetahui asalnya. Lalu terdengar
kabar bahwa Rudi kecelakaan, maka sulit bagi kita untuk membedakan: "ini Rudi
yang kenalan sama saya atau bukan ya? Nama Rudi kan banyak, jangan-jangan Rudi
Tabuti lagi" hehe...
Akan
tetapi, yang perlu dipahami adalah bahwa perbedaan-perbedaan itu bukanlah sebagai
ajang untuk menunjukkan siapa yang paling baik dan siapa yang paling buruk.
Karenanya, Islam mengajarkan kepada kita untuk senantiasa bertoleransi dan
menghargai perbedaan-perbedaan itu. Bahkan Islam melarang ashobiyah (fanatisme terhadap golongan dan suku, atau lebih
mementingkan nasionalisme daripada persaudaraan Islam sehingga memecah belah
umat Islam) dan mengecam betul terhadap ashobiyah.
“Bukan
dari golongan kami (tidak termasuk umat Islam) orang yang menyeru kepada ashabiyah
(nasionalisme)…".(HR. Abu Dawud)
Orang
yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertakwa. Dan orang yang
bertakwa mengerti betul bahwa Allah memerintahkannya untuk bertoleransi.
"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan
karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu
terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah.
Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sungguh, Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan." (Q.S Al-Maidah [5]: 8)
Toleransi
beragama ada dua macam, yakni toleransi inter umat beragama dan toleransi antar
umat beragama. Toleransi inter umat beragama adalah toleransi antar pemeluk
agama yang sama, sedangkan toleransi antar umat beragama adalah toleransi antar
pemeluk agama yang berbeda. Khususnya dalam toleransi antar umat beragama,
Islam telah memberikan batasan-batasan yang tidak boleh diabaikan oleh umatnya.
Islam melarang umatnya untuk meniru budaya agama lain atau ikut berpartisipasi
dalam ibadah atau perayaan hari besar agama lain.
Rasulullah Saw. Bersabda:
“barangsiapa
menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud, Ahmad dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Toleransi juga tidak bisa dijadikan
alasan untuk tidak melakukan suatu ibadah. Misalnya di sekitar kita banyak
terdapat pemeluk agama lain, lantas kita merasa sungkan untuk membaca Al quran.
Ini adalah tindakan yang keliru. Yang tidak dibolehkan adalah memaksakan umat
lain untuk ikut beribadah menurut ajaran Islam, apalagi memaksakan untuk masuk
ke dalam agama Islam. Tugas kita hanyalah menyampaikan kebenaran Islam. Perkara
diterima atau tidak, kita tidak akan ditanyakan
oleh Allah ketika hari penghisaban nanti. Itu menjadi pertanggungjawaban
si pendengar.
"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah
jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa
ingkar kepada Tagut (apapun yang disembah selain Allah) dan beriman kepada
Allah, maka sungguh dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang
tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (Q.S Al-Baqarah
[2]: 256)
Sobatku
sesama muslim, jelaslah sudah bahwa Allah menyuruh kita untuk berlaku adil dan
bertoleransi kepada siapapun. Karena adil lebih dekat kepada takwa. Dan orang
yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertakwa. Namun penting untuk
diketahui: bertoleransi harus sesuai
dengan aturan Islam. Jangan sampai kita menggadaikan aqidah kita dengan alasan
toleransi. Toleransi juga tidak bisa menghentikan kita dalam beribadah kepada
Allah SWT. Karena beribadah kepada Allah itu wajib hukumnya. Islam adalah
rahmat bagi seluruh alam, karenanya Islam mengajarkan toleransi. Jadikanlah
toleransi untuk membuat kedamaian di kampus kita, tanpa keluar
dari yang diajarkan oleh Islam. Bukankah pelangi
itu indah kawan? Aku merah, kamu biru, dia hijau, meski berbeda, namun
jika hidup rukun bersama tentu lebih indah :). Wallahu 'alam bi shawab
nb: Artikel ini adalah penjelasan dari artikel sebelumnya Penulis
menyampaikan maaf karena terdapat kesalahan dari artikel sebelumnya disebabkan kurangnya referensi dan memuat beberapa kalimat yang
bernada provokatif.