Copyright © Mindsphere
Design by Dzignine
30 July 2013

Gelar yang seharusnya dibanggakan

Karena terkadang, menjadi tuli itu perlu.
Ada kalanya kita, terlalu sibuk mengurusi apa yang orang lain fikirkan tentang kita. Apakah itu baik, buruk, atau semacamnya. Ada kalanya kita mempertimbangkan resiko yang terjadi jika kita melakukan hal ini-itu. Akan dikucilkankah? dibanggakankah? diseganikah? diremehkankah? Sebagian dari kita lebih memiliih untuk diam daripada mengambil resiko yang tidak diinginkan. Sebagian lagi memilih untuk menjadi seperti kebanyakan orang agar tidak menjadi yang terasingkan. Percis seperti butiran gula dalam air hangat, ikut larut begitu cepat. Kekhawatiran ini sebenarnya wajar, karena sudah menjadi naluri manusia yang ingin mempertahankan dan menunjukkan eksistensinya. Gharizah baqa kalo bahasa kerennya. Tapi, setiap naluri tentu harus dilampiaskan kepada objek yang benar dan dengan cara yang benar yang sesuai dengan aturan Islam.
Sama seperti bisnis, melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal melibatkan untung dan rugi. Untung dan ruginya pun relatif, tergantung objek apa yang menjadi alasan. Objek inilah yang nantinya menentukan wujud perbuatan. Jika objeknya manusia, maka untungnya adalah akan datang banyak pujian, akan datang banyak kalimat yang menyenangkan, dan akan datang banyak manusia yang mendekat dan menjadi teman. Untuk menuju semua itu, maka hal yang dilakukan adalah mengikuti dan berbuat seperti apa yang manusia inginkan. Jika tidak, maka siap-siap menerima berbagai cacian, makian, sindiran, hinaan dan menjadi orang yang terkucilkan.
Sebagian dari kita memilih untuk menjadi apa yang kebanyakan manusia inginkan. Wajar saja, karena kita juga manusia. Namun sering pula kita temui hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Inginnya dipuji oleh manusia, ternyata malah dicaci. Inginnya disanjung oleh manusia, ternyata malah digulung. Sering kali kita temukan kekecewaan dari mengharap pujian dari manusia. Awalnya mungkin menyenangkan mendapat pujian dari manusia. Tapi sekali saja melakukan salah, subhanAllah, sakit pasti hati mendengar caciannya, kecewa jadinya.
Tapi ada juga dari kita yang memilih untuk tidak menjadi apa yang kebanyakan manusia inginkan. Mereka adalah pengemban dakwah. Mereka menjadikan Allah sebagai alasan mereka melakukan perbuatan. Karena Allah mencintai perbuatan ini, maka mereka mati-matian melakukan perbuatan ini. Karena Allah membenci perbuatan itu, maka sebisa mungkin mereka menjauh dari perbuatan itu. Karena Allah mengutus Rasulullah Muhammad SAW menjadi utusan-Nya, maka mereka mengikuti semua sunnah yang beliau wariskan. Itu semua mereka lakukan semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT. Keuntungan yang mereka cari adalah pujian dari Allah SWT, dan menjadi penghuni Syurga-Nya.
Akan tetapi kerugian yang mereka terima begitu tidak menyenangkan. Dikucilkanlah, dianggap alienlah, difitnahlah, hhh ga enakin hati deh! Mereka begitu minoritas, jadi wajar mereka sering dihempas. Mereka seperti tinggal di dalam kostan yang semua penghuni kostannya menjauh. Tapi mereka tidak peduli, karena mereka begitu yakin mereka berpegang pada sesuatu yang mutlak benar. Mereka tidak peduli oleh tanggapan negatif kebanyakan manusia, dan mereka tidak menuruti apa yang kebanyakan manusia inginkan.
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”
[QS.al-An'am/6: 116]
Jika saya dipaksa untuk menjadi salah satu dari mereka, maka saya katakan dengan lantang: "tidak usah!". Sungguh, tak ada gunanya memaksa saya. Karena, saya sudah menjadi salah satu dari mereka :D
“Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula dalam keadaan asing, maka berbahagialah orang-orang dikatakan asing.”
(HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma)

Wahai pengemban dakwah, dengarkan ya
Berbanggalah menjadi pengemban dakwah, tunjukkan eksistensimu di depan mereka tanpa lelah.
Sebab perkataanmu bagaikan penyambung nafas dunia. Mengajak manusia kepada yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, menghindarkan ummat dari kerusakan sehabisnya.
Al-Ghuraba, gelar yang tersemat padamu, gelar yang seharusnya kamu banggakan, sebab Allah dan Rasulullah mencintai para Al-Ghuraba.
Menjadi tulilah dari perkataan-perkataan manusia yang tidak berguna. Ketahuilah, pujian Allah terlalu berharga dari pujian manusia.
Janganlah lagi berkeluh kesah, sebab Allah telah menyiapkan hadiah. Sesiapa saja yang tetap istiqamah, Allah akan berikan jannah.
Perjuangan ini masih belum berakhir. Selama darah masih mengalir, dakwah kan tetap bergulir.
Read More..
29 July 2013

Rapih-Rapih

Seperti kamar yang berantakan, harus segera dirapihkan, agar malaikat Allah mau berkunjung dengan nyaman.
Mencoba menata kembali yang tak teratur, mencoba berkreasi lagi tanpa libur, agar pembaca tidak kabur.
Read More..