Copyright © Mindsphere
Design by Dzignine
15 February 2011

Dia Itu Kamulah

Saat pertama kali, aku sudah merasa, ada yang spesial di dirinya. Hal yang membuatnya spesial bukan karna ada telor (emang nasi goreng spesial), melainkan aura dan sosoknya yang begitu lain di mataku. Pertama kali aku memang benci dengan sifatnya yang menyebalkan dan agak sok tau. Apalagi saat dia mengucilkanku dan menasihatiku dengan nasihat2 yang membuatnya kelihatan "tua" di mataku. Bahkan dia pernah memarahiku hanya karna aku terlalu hiper aktif dan terlalu ganjen sama wanita. Aku kesal waktu itu, ini sudah sifatku, aku tak bisa merubahnya ! seruku. Tapi keistiqomahannya membuat aku mengaguminya diam-diam.

Aku berusaha keliatan biasa di depan dia, tapi aku memerhatikannya diam-diam dari belakang. Aku semakin kagum dengannya, bahkan kejadian dan hal yang dia lakukan tanpa disengaja selalu menginspirasiku setiap saat. Sampai datang suatu hari, dimana hatiku merasakan down yang amat down karna sesuatu hal, namun tubuh dan wajahku tetap memancarkan aura ceria (begitulah aku, selalu menutupi keadaan hatiku). Aku sempat termangu sebentar saat ada kumpul eskul di sekolah sambil memikirkan sesuatu hal yang membuatku down waktu itu. Aku sempat sedih sesaat dan merasa kecewa atas apa yang tlah terjadi. Namun tepat disampingku, aku melihat dia sedang menahan air matanya agar tidak keluar sambil merobek-robek kertas hingga menjadi potongan kecil. Aku sempat bertanya "Hey, kamu kenapa ?", dia menjawab kalau dia baik-baik saja dan tidak ada yang harus diprihatinkan tentang kejadian yang sedang menimpanya. Aku memalingkan wajahku sebentar. Namun diam-diam aku memperhatikan matanya seolah-olah dia lelah atas apa yang telah terjadi dan atas apa yang telah ia korbankan. Potongan-potongan kertas itu makin halus karna dia merobeknya dengan emosi hati. Aku terus memaksa dirinya agar dia cerita apa yang tlah terjadi kepadanya. Matanya mulai berair. Hatiku langsung tersentuh dan sangat ingin menghapus air matanya yang baru sedikit sekali keluar waktu itu. Tapi, siapa aku ?. Aku bertanya kepada temannya yang duduk bersebelahan dengannya dan menanyakan apa yang terjadi dengan dia. Dia makin keras berusaha merobek kertas kecil itu dan aku melihat air matanya yang mulai tak segan-segan jatuh sampai ke dagunya. Aku menundukan kepala, menahan rasa untuk menghapus air matanya yang keluar cukup deras itu. Lalu tidak lama, dia sudah menaruh kepalanya tepat diatas bahu temannya sambil merintih. Aku makin sedih dan miris melihatnya saat itu. Tapi temannya menyuruhku untuk menjauh dan meninggalkan tempat ini segera. Aku tak bisa melakukan apa-apa, aku ingin sekali menghentikan air matanya. Tapi aku tidak bisa, dan itu kesalahan pertamaku..

Dari situ, aku mulai sadar, bahwa masalahku bukanlah masalah yang terlalu berat. Seolah-olah dia memberitahukan kepadaku "Tenang saja, masalahmu akan segera terselesaikan. Masalahmu tidak separah masalahku". Aku langsung tenang karna kejadian waktu itu, namun aku juga kecewa karna aku tidak bisa membuat masalahnya selesai. Bahkan aku tidak tahu masalah apa yang sedang menimpanya. Lalu timbul niat dihatiku untuk membalas budinya. Aku berjanji bahwa aku akan selalu membuat dia tersenyum apapun yang terjadi. Dan aku rasa ini tidak salah, toh aku hanya membalas budi, betul ?. Namun kejadian demi kejadian yang menimpanya, aku masih belum bisa membalas budinya. Sempat suatu hari, aku sedang dimarahi oleh seseorang yang membuatku ikutan marah-marah juga. Aku ingin berdiam diri di suatu kelas. Sambil kesal dan marah, aku menendang pintu kelas yang tertutup tidak terlalu rapat. Dan saat aku ingin memaki-maki orang yang memarahiku, aku melihat dia duduk berdua dengan temannya yang sama sambil menggunting kertas yang akan dipakai untuk hadiah suatu acara. Dia duduk dengan posisi membelakangiku namun ada di depanku dan temannya dengan posisi menghadapku dan ada di depan dia. Aku sempat curhat sedikit tentang sesuatu hal yang membuatku kesal itu namun dengan nada yang cukup keras dan emosi yang meledak-ledak. Temannya menanggapiku dan terlihat takut dengan keadaanku yang sangat marah saat itu. Dia hanya menanggapiku seraya mencoba menghapus air matanya dengan berkata "Orang yang memarahimu memang telah berubah, dulu dia tak seperti itu". Aku langsung mencoba mengendalikan emosi dan amarahku saat melihat air matanya. Air matanya sungguh menghipnotisku untuk selalu mencoba untuk menghapus air matanya dengan tanganku sendiri. Aku tak mengerti apa yang dia katakan waktu itu, aku bahkan berfikir "Tau apa kamu ? Kau selalu begitu, merasa dirimu paling tau". Namun sekarang aku sadar bahwa dia benar, bahkan aku merasa banyak sekali yang tidak aku ketahui.

Sampai sekarang, dia selalu memotivasiku dan menginspirasiku. Bahkan saat dia sedang membenciku karna aku membentak temannya, aku masih mengaguminya. Namun sayang, dia masih belum mengetahui itu semua. Mengetahui bahwa dia bukanlah seseorang yang terbuang melainkan dialah seseorang yang berpengaruh. Dia memang terlihat berbeda di keluarganya, tapi itulah yang membuat dia dibanggakan. Dia memang terlihat berbeda di sekitar teman-temannya, tapi itulah yang membuat ia dipuji-puji dan menjadi pusat perhatian terutama dariku. Dia memang selalu menganggap bahwa aku belum mengenal dirinya dan pasti suatu saat aku akan meninggalkannya seperti yang lain, tapi itulah yang membuat aku lebih terinspirasi dan termotivasi lagi olehnya. Dan sekarang, biarkan aku mencoba membalas budimu sampai kita bertemu di masa depan kelak :)