Copyright © Mindsphere
Design by Dzignine
12 October 2012

Because Action is an Important Thing!


Rabu, 10 Oktober 2012.

Pukul enam sore lewat sepuluh menit, hujan membuat teduh fikiranku. Sambil memperhatikan bagaimana rintik hujan membasahi jalanan sekitar Babakan Raya, fikiranku menjelajah tinggi ke awan. Terbayang lagi memori tadi pagi, dimana pertama kali mulutku mengeluarkan kata-kata indah di depan tembok bertuliskan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Tempat bersejarah bagi pertanian Indonesia itu menjadi saksi, bagaimana aku beserta mahasiswa TPB IPB lainnya, yang notabene-nya adalah mahasiswa baru yang awam, yang masih belum berani memberi kontribusi untuk ummat karna alasan "masih cupu", kini dengan semangat yang berkobar, orasi di depan mahasiswa senior dan para pengguna jalan di depan Faperta tentang penghinaan kaum kafir terhadap Rasulullah SAW. Aku dan mahasiswa baru TPB IPB melucuti kegelisahannya selama ini, terhadap penghinaan kaum kafir terhadap Nabi yang dilakukan tidak hanya sekali.
Dengan almamater yang menunjukkan bahwa aku mahasiswa IPB, dengan lantang aku tunjukkan bahwa kesadaran untuk membela martabat Nabi SAW adalah suatu kewajiban. Hukuman dan sanksi bagi yang menghinanya adalah hukuman mati. Aku sungguh malu kepada para sahabat, jika di surga nanti aku bertemu dengan mereka dan mereka menanyakan mengapa aku diam saja ketika Nabi Muhammad SAW dihina. Karena aku yakin para sahabat, terlebih Umar Ibn Khattab, akan siap sedia menghunuskan pedangnya bagi siapa saja yang menghina Rasulullah. Bahkan aku pasti akan lebih malu lagi, jika di yaumul hisab nanti, Allah meminta pertanggungjawabanku mengapa aku diam saja ketika Rasulullah dihina. Padahal Allah beserta malaikat-Nya senantiasa bershalawat atas Nabi. Maka, agar aku tidak merasa malu kepada Allah dan para sahabat, aku bergerak untuk setidaknya menyadarkan mahasiswa dan warga IPB, bahwa tindakan seorang muslim terhadap penghinaan kepada Rasulullah adalah membelanya, bahkan menghukum mati orang yang menghinanya. Analoginya, jika orang tua kita diludahi oleh seseorang, maka apakah kita akan diam saja? Tentu tidak, kita akan pukul orang yang meludahi orang tua kita, sampai dia meminta maaf dan jera. Apalagi kasusnya terhadap orang yang menghina Nabi. Jika kita diam saja, sungguh betapa lemahnya iman kita. Dan tidak ada surga bagi orang yang lemah imannya.
Alhamdulillah, dengan pertolongan dan kasih sayang Allah, aksi yang kulakukan bersama mahasiswa TPB IPB yang lain berjalan sangat lancar. Tidak ada pengguna jalan yang merasa terganggu karena adanya aksi ini. Karena kami sadar betul, menyampaikan ekspresi benci tidak perlu dengan aksi dengan bakar ban, atau merusak fasilitas lainnya. Karena dakwah yang kami lakukan ini dengan pemikiran, bukan anarkis.
Tapi aku sesungguhnya masih belum puas. Setelah berorasi, aku sadar betul betapa lama aku tertidur selama ini. Ada sesuatu yang masih mengganjal di hatiku, yang masih belum tersampaikan ketika orasi. Ada sesuatu yang aneh dariku, yang membuatku tidak selepas biasanya. Maka dari itu, ini bukanlah menjadi orasiku yang terakhir. Aku berjanji akan terus berkontribusi dalam membela islam dan kepentingan ummat. Semoga Allah mengistiqomahkan aku, dan seluruh teman-temanku. Karena hanya Dia-lah, Zat Yang Maha Tinggi, Yang Maha Membolak-balikkan hati.