Copyright © Mindsphere
Design by Dzignine
15 September 2010

Aku Gema (yang Gema Menabung)

Handphone-ku berbunyi lagi pagi ini. Padahal hari ini hari minggu. Suaranya yang terdengar seperti adzan subuh itu membangunkan tidurku. Aku berdiri dan melakukan olahraga sebentar. Ku buka jendela kamar dan ku hirup udara segar dari luar. Tapi tiba-tiba suara yang khas datang beserta bau yang mengasyikan keluar dari celanaku. Aku sempat lega sebentar, tapi sesuatu mengingatkanku "ya ampun, aku belum sholat subuh !".

Segera aku melangkahkan kaki untuk berwudhu ke kamar kecil (bentar, ngapain ke kamar kecil? ke kamar yang sempit dan kecil? ngapain disana? bukankah kau ingin wudhu?). Baiklah aku ulangi, segera aku melangkahkan kaki untuk berwudhu ke kamar mandi (lho? mau mandi atau mau wudhu?). Huft, aku ulangi sekali lagi, segera aku melangkahkan kaki untuk berwudhu ke tempat wudhu, tapi jaraknya agak jauh karna tempat wudhu tidak ada di rumahku. Dia hanya ada di mushola. Spontan aku berlari menuju mushola dengan membawa peci, sarung tangan(eh, maksudnya sarung yang buat sholat, bukan sarung goni), dan bakiak yang membuat suara khas di setiap langkahku. Kira-kira suaranya seperti ini "Pletak pletuk platak pletuk, kukuruyuk..2x" (jika tidak terdengar, kaset dan cd bisa dibeli di toko Mba Kiak atau download ringtonenya di bakiak.bwakakak.com atau dengan sms : ketik Bakiak(spasi)uuuh kirim ke : 911 ket : (spasi) dan kirim ke : 911 tidak usah ditulis).

Sesampainya di mushola, ku kabarkan semuanya. Kepada karang, kepada ombak, kepada matahari (loh? ko jadi lagu Ebiet?). Lalu aku mengambil wudhu dan segera sholat. Tapi setelah ku lihat jam yang bergambar partai politik yang menempel di dinding yang dekat dengan tempat imam, aku pun berteriak "apa? sekarang sudah jam 9?". Namun apa boleh buat, aku tetap sholat subuh walaupun sudah terlambat. Sekaligus sholat dhuha yang dengan khusyu pagi itu aku kerjakan. Setelah itu sholat tigha, sholat emphat, lalu sholat limha (loh?).

Tak lama aku pun pulang, lalu aku mandi (tentu di kamar mandi bukan kamar kecil) dan bersiap untuk mengambil makanan (yaelah, makan aja siap-siap ada juga suap-suap). Ku buka tudung saji, penuh debu dan kusam. Ku pandangi semua gambar diri (loh? ko jadi lagu bunda?). Tapi tidak ada apa-apa ! Aku pun mencari mama (ngapain nyari mama? bukannya nyari makanan -,-a) karna mama yang biasanya memasak makanan (OH). Tapi ternyata, mama dan papa sudah berangkat kerja sejak subuh tadi. Aku kecewa terhadap mereka yang sudah ke sekian kalinya pamit tanpa izin kepadaku. Sakit rasanya hati ini huhuhu... T.T (brb *nangis*)

Tapi aku tak boleh cengeng ! Aku bukan anak kecil lagi, walaupun sepertinya aku belum pernah merasakan masa-masa bahagia saat kecil. Aku belum pernah dimanja oleh orang tuaku. Saat kecil, aku belum pernah meminta apa-apa dari orang tuaku. Bahkan orang tuakulah yang langsung memberikan kepadaku tanpa harus ku minta. Aku hidup serba mewah, apapun ada. Bahkan jika uang sepuluh ribu rupiah jatuh ke lantai dari kantongku, sebelum aku mengambil uang itu di lantai aku sudah mendapatkan yang baru (lebaay).

Tapi karna semua kemewahan itu, aku tidak bisa mendapatkan kasih sayang dari orang tuaku. Seolah-olah mereka membeli kasih sayang mereka dariku. Aku selalu membayangkan sedang mengobrol dengan orang tuaku, memperbincangkan sesuatu yang indah setiap hari. Mulai dari kegiatanku di sekolah atau semacamnya. Tapi sungguh aku tak bisa ! Aku seperti disuap oleh orangtuaku untuk melakukan hal-hal sendiri tanpa mereka !

Adzan zuhur pun berkumandang, namun aku belum makan (apa hubungannya?). Aku ingin menyegerakan sholat tapi tiba-tiba "glujuk-glujuk" suara perutku berbunyi (suara perut apa suara motor pas lewat polisi tidur?). Aku ingat sabda Rasulullah SAW yang isinya tidak diperbolehkan sholat dalam keadaan lapar, karna bisa mengganggu kekhusyuan kita saat sholat. Namun bagaimana ini ? Tidak ada apa-apa di rumah ! Apa aku harus makan makanan "junk food" (baca : jang good) itu setiap hari ? Aku pun mencari cara untuk menghilangkan lapar itu dan menyegerakan sholat. Ini seperti "Mission Impossible" ( baca : mi sieun empos sebeul) untukku, aku harus mencari makan tanpa harus memakan junk food, lalu menyegerakan sholat zuhur dalam waktu tidak boleh sampai ashar.

"Baiklah, aku siap" kataku. Segera ku ambil kunci mobil dan siap-siap berangkat. Aku membuka garasi dengan mencocokkan DNA rambutku di sesuatu yang dekat dengan pintu garasi. Saat masuk ke dalam, aku pun bingung, aku harus memilih yang mana? Ini seperti tantangan pertama bagiku. Pertama aku asal memilih, aku memilih "Lamborghini Reventon" (bagusan juga lambaughono) tapi ternyata aku kurang nyaman di dalamnya. Dan aku memutuskan mencoba mobil lain seperti The Koenigsegg CCX, Zonda C12 F, Enzo Ferrari, tapi tidak ada yang nyaman. Namun tiba-tiba mataku tertuju pada satu mobil yang indah di mataku saat itu. Dia adalah "galant GLX 2.0" sungguh membuatku nyaman dengan style-ku (astajim-,-).

Aku masuk ke dalam dan "WOW! FANTASTIK! BOMBASTIS! EXCELLENT!". Inilah mobil yang ku tunggu. Tak sengaja mataku melihat jam weker berwarna hijau yang menunjukan waktu pukul 13.45. Aku sempat berkata "Ah, masih jam segini" lalu berteriak dan sadarkan diri "WAA, LAMA BANGET GUA NYARI MOBIL DOANG !". Dengan terburu-buru, aku menancap gas. Tapi setelah aku bergerak 100 meter dari rumahku, tiba-tiba mobil yang indah dan cantik ini mogok. Saat aku mencoba nyalakan lagi mobil ini masih ngadat, kira-kira bunyinya seperti ini "Cenges nges nges nges, Cenges nges nges DUAK!". Tak sengaja keluar cairan magma, asap yang berwarna ungu serta batu batu kerikil seberat 2 gram (lagi mogok masih aja sempet ditimbang) yang keluar dari knalpotku.

Aku makin kesal, dongkol, sebal, marah, bingung, ganteng, panik segala hal campur aduk dihati. Saking bercampurnya perasaanku, sehingga bisa membuatku ingin makan es campur. Ku tendang mobil itu lalu keluar es campur dari knalpotnya (ngarang gila). Ku kira itu es campur, ternyata hanyalah campuran kotoran bekas pembakaran bensin yang mengendap di knalpot dan membuat dongkol hati ini. Aku masuk lagi ke dalam mobil untuk melihat jam weker berwarna hijau yang di belakangnya ada tulisan "Restu Bundo" dan untuk menanyakan "sudah jam berapa sekarang?". Dan jam weker berkata "jam 14.15 malin" (logat padang).

Aku makin panik, aku langsung berlari dan meninggalkan mobil itu dan mencari warteg terdekat. Aku berkeliling dan menanyakan kepada semua orang yang kulihat sebuah pertanyaan klasik yang ku harap ada orang yang menjawabnya. Tak sengaja aku bertemu bapak-bapak yang sedang membawa pacul di tangan kanannya dan sebuah map merah yang bertuliskan "Talaq" di tangan kirinya. Lalu aku bertanya kepada beliau "Pak, bapak tau warteg dimana?" lalu bapak menjawab dengan tampang kesal dan bete "Warteg itu Warung Tegal kan? cari aja di Tegal". Aku sempat terdiam dan bertanya dalam hati "Di Tegal? Jauh sekali, apakah aku bisa kesana?". Lalu bapak itu meninggalkanku, aku bertemu lagi dengan seorang anak kecil yang sedang menaiki kerbau sambil meniupkan suara kecapi (kok kecapi ditiup? kecapi itu kan penyedap rasa yang berwarna hitam dan rasanya manis?). Lalu aku berteriak "De, De!" anak itu menjawab "De, De, emang nama saya Dede? Saya Agus!" "Oh, maaf Gus, saya ngga tau. Ngomong-ngomong kamu tau warteg dimana? tapi bukan yang di tegal, yang deket-deket sini aja" "Oh, tau Bang!" "Bang, Bang, emang nama saya Bambang? Saya Gema! Panggil kak Gema!" "Heem, bales dendam nih?" "Ngga kok, eh jadi mau ngasih tau gak?" "Iya deh, nih kalo dari sini kakak tinggal lurus terus belok kanan, terus lurus pas belokan pertama belok kiri lurus terus ampe mentok nah nanti kan ada pangkalan ojek, nah kakak tinggal naik ojek deh ke wartegnya" "Hah? Itu sih namanya nyuruh gue ke tukang ojek, dasar bocah sialan gue pites luh!" seketika dia memecut kerbaunya dan langsung lari meninggalkanku.

Aku melihat ke langit, ya ampun ini sudah hampir ashar ! Aku langsung berlari hingga membuat macet jalanan (gak segitunya kali). Lalu aku menemukan sebuah rumah kecil bertuliskan "WARTEG". Tak sabar, aku segera masuk ke dalamnya dan memesan sesuatu. "Mau makan apa, Mas?" tanya ibu-ibu tua berbaju merah yang ingin menyambut kedatanganku sambil mengelap piring yang masih basah. sambil menunjuk-nunjuk kearah makanan yang aku kira enak, aku pun memesan "Nih bu yak, yang ini, terus yang itu, hmm, yang ini lagi, ama sayur rawonnya bu!" "Pake kuah Mas?" lalu aku ingat iklan mie instant yang aku suka, dan aku pun menjawab "Gak pake kuah kalee.." "Oh, bentar dulu ya Mas". Tidak lama akhirnya makananku pun datang. Tapi, ibu itu malah memutar-mutarkan makanannya ke kepalaku sambil berkata "(gaya sule)Aaa, aaa, aaa" "Ih, ibu malah becanda. Udah laper nih!" "Hehehe, iya mas nih". Lalu aku melahap makanan itu dengan mantap. Di tengah perjalanan makanku, aku lupa kalau aku belum membaca doa mau makan. Aku membayangkan setan-setan yang berada di kanan kiriku sedang ikut makan bersamaku dengan menggunakan tangan kiri. Lalu aku membaca "Gufranak" yang artinya ampuni aku ya Allah (bener gak? hehe). Dan aku meneruskan makanku.

Sesudah kenyang aku mengambil tusuk gigi dan mulai menusuk-nusuk gigiku sampai berdarah hehe. Maksudnya menusuki gigiku dan mengeluarkan kotoran yang tidak lazim disebut namanya (Zigong) sambil mengelus-ngelus perutku yang kenyang. "Berapa semuanya bu?" "Mau beli semua makanan saya?" "Yeeh, maksud saya yang tadi saya makan" "Oh, hehe si emas gak bisa diajak becanda, semuanya 15 ribu mas" "Nih bu *ngeluarin 100 ribuan*" " Bentar ya mas, saya ambil kembalian dulu." "Eh gak usah bu, kembaliannya ambil aja (sok baik, niatnya mah biar bisa makan gratis)" "Wah, makasih yaa mas" "Sama-sama bu". Aku mengambil istirahat sebentar sambil duduk di kursi panjang berwarna coklat. Aku pun melihat jam berwarna putih yang bertuliskan "Tiga Roda" dan ya ampun, sudah jam 15.00.

Aku langsung berlari tanpa pamit dan mencari mushola terdekat untuk sholat. Ternyata mushola itu berada tepat disamping rumah ibu-ibu warteg tadi. "Alhamdulillah akhirnya aku bisa sholat" aku bersyukur. Lalu aku mengambil wudhu dan sholat di dalam mushola. Di dalamnya ternyata sudah ada orang tua berbaju hitam dengan lengan yang pendek dan peci berwarna hitam kecoklatan serta sarung yang menyembunyikan bagian pinggang bajunya dan dia sedang duduk dan berzikir. "Subhanallah, mungkin orang tua ini adalah ustad" aku mengira-ngira.

Lalu aku memulai takbir untuk sholat zuhur. Tak lama setelah itu, orang tua itu langsung berdiri dan menyalakan Toa Mushola. Aku baru membaca surah al-fatihah, namun ternyata waktu telah menunjukan bahwa ashar telah tiba. Namun aku tetap meneruskan sholatku, aku menangis saat ruku dan menyesali bahwa aku sering sholat akhir waktu. Aku berjanji tidak akan mengulangnya lagi. Teringat kejadian-kejadian yang telah ku alami sejak pagi, semuanya hanya hal sia-sia. Aku mementingkan urusan dunia, padahal sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Saat azan berkumandang "Laa ilaa ha ilallah" aku baru sadar kalau aku sedang melamun saat ruku. Saat i'tidal, kepalaku pusing. Mungkin ini terjadi karna aku kelelahan dan terlalu lama ruku. Lalu aku sujud dan mulai tak sadarkan diri...

Aku terbangun dari sujudku dengan meninggalkan genangan air lengket di sajadah mushola. Aku bertanya "Dimana aku, sedang apa aku disini?". Lalu aku sadar bahwa aku sedang di mushola. Aku melihat sekeliling dan ternyata matahari sudah hilang, langit sudah gelap dan saat ku lihat jam dinding di mushola ya ampun sudah jam 9 malam ! Aku tertidur pulas di mushola ! Aku langsung pulang sambil menyesali diri karna telah melewati sholat 5 waktu yang seharusnya aku lakukan. Sesampainya di rumah, aku langsung sholat isya, lalu sholat subuh, sholat zuhur, ashar dan maghrib. Entahlah itu dilarang atau tidak yang pasti aku sudah mencoba untuk sholat. Dan aku berjanji tidak akan mengulangi lagi...

Uuuhh chebeelll...!!!

5 comments:

  1. http://yoyoandcube.blogspot.com/.. kar follow back atuh blog gw... hhe postingan lw lumayan..

    ReplyDelete
  2. sip sip hehe, btw ini siapa? anak bsc?

    ReplyDelete
  3. ah gelo ah ieu mah keur galau yeuh nulisna huahahah

    ReplyDelete
  4. bukan keur galau keur ngedeun haha, btw ini siapa? Teh yustika?

    ReplyDelete
  5. subhanAllah Allah Maha pembolak-balik hati :) (baca komen di atas aja udah bisa bayangin perbedaan muhammad zulfikar yg pertama saya kenal dan yg skrg) tetep istiqomah dalam kebenaran ya!

    ReplyDelete